Mission Impossible: Complementary Data Protocol

Tulisan ini dibuat dalam rangka memeriahkan pekan data komplementer yang telah dilalui dengan penuh perjuangan oleh para operator dan pendamping PKH di seluruh Indonesia.

Kenapa judulnya harus memakai embel embel mission impossible?.  Penulis memilih judul ini karena terinspirasi  celoteh seorang teman yang mengibaratkan tugas data komplementer seperti kisah sebuah film populer,  Mission Impossible: Ghost Protocol.  Seorang agen rahasia harus menyelesaikan tugas negara dengan dukungan logistik yang sangat terbatas dan waktu yang sangat mepet.  Kisah dalam film tersebut hampir mirip dengan apa yang dialami oleh para operator dan pendamping PKH, khususnya operator dan pendamping PKH Garut. Tugas yang dibebankan hampir mustahil untuk dilaksanakan karena para prajurit PKH Garut harus melakukan pendataan dan input data sebanyak 40.000 KSM dan harus selesai dalam waktu seminggu dengan  resources alias sumber daya saayana, modal saayana, peralatan saayana.

Rek teu edan kumaha, euweuh hujan euweuh guludug ujug-ujug dibere tugas nu tara biasa. Tapi tugas adalah tugas, seberapa berat tetap harus dilaksanakan. Apalagi tugas ini katanya di instruksikan langsung oleh Ibu Menteri. Dengan demikian pak pik pek lah segenap prajurit PKH.

Banyak cerita selama sepekan ini terutama  berkaitan dengan pendamping yang sedang melaksanakan misi data komplementer yang tidak bisa dikisahkan dan ditulis satu persatu dalam tulisan ini. Hampir semua prajurit sudah terbiasa dengan medan tempur yang ekstrim, warga lokal yang bawel alias teu kooperatif, minimnya amunisi alias teu boga duit, namun mereka tidak terbiasa ketika setelah pulang dari medan tempur mereka harus langsung berlaga di depan monitor untuk melakukan input data hasil investigasi di lapangan. Jari jemari menari nari diatas laptop nonstop semalam suntuk, panon buncelik sapeuting jeput dan akibatnya keluhan mereka semua sama kram ramo, peurih panon, pias beungeut, nyeri punduk jeung cangkeul cangkeng.

Seperti peribahasa Jepang “Senri no michi mo ippo kara”  yang berarti sebuah perjalanan panjang dimulai dengan satu langkah kecil. Makna peribahasa tersebut adalah pekerjaan seberat  apapun selalu dimulai dengan mengerjakan satu hal kecil. Langkah seberat apapun akan tercapai berkat akumulasi langkah kecil. Terlepas dari semua kekurangan dalam pelaksanaannya yang serba dadakan, rurusuhan, fee nu saeutik, aplikasi yang terkesan asal jadi hingga kisruh pencetakan formulir pendataan yang sempat menghangat. Penulis berharap semoga misi data komplementer ini merupakan satu langkah awal untuk PKH yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat besar bagi semua pihak di PKH khususnya bagi para KSM PKH di Kabupaten Garut.  Apresiasi setinggi-tingginya juga layak disematkan kepada seluruh operator dan pendamping yang telah bekerja keras untuk kelancaran misi ini. Two Thumbs Up buat kalian!
  

The Social Worker and The Super Hero

Mendaki gunung lewati lembah
Sungai mengalir indah ke Samudra
Bersama teman bertualang

Tempat yang jauh belum pernah terjamah
Suasana yang ramai di tengah kota
Slalu waspadalah kalau berjalan
Siap menolong orang dimana saja

Barangkali ada yang ingat dengan lirik lagu di atas?  Ya... itu adalah penggalan lirik lagu pembuka serial anime Ninja Hatori. Lamun diregepkeun eta lirik pas pisan jeung kondisi pagawe PKH khususna para pendamping. Ari operator? Sama operator juga, tiap pagi pergi ke basecamp harus mendaki gunung lewati lembah, komo lamun operator UPPKH Suriah mah, leuwih edan jalurna ge. Pergi bekerja ditengah desingan peluru dan ancaman diculik ISIS.

Di tengah kondisi seperti ini, saat distribusi dan pasokan amunisi dari markas komando PKH Pusat terkendala cuaca ekstrim, melaksanakan tugas negara terasa hayang teu hayang. Namun, sebagai pekerja sosial yang telah berkomitmen untuk membantu masyarakat miskin, kajeun nombokan kerjaan tetap harus diselesaikan agar KSM tetap Happy.

Baru-baru ini penulis nonton film Doraemon Stand By Me dan ngadadak ngalamun seandainya pintu kemana saja dan baling-baling bambu itu nyata, PKH Pusat wajib memasukan kedua gadget itu ke dalam daftar barang inventaris yang harus dimiliki setiap pendamping. Ketika pekerjaan menyerang saat krisis moneter mereka tinggal bilang "Doko demo Doaaaaaa"!!! "Pintu ke mana saja!".

Menjadi pekerja sosial seperti pendamping atau operator PKH mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Kebanyakan orang saat kecilnya bercita cita ingin jadi dokter, pengusaha, presiden, menteri, direktur, polisi, tentara, pilot, guru, tapi tidak ada yang menjawab ingin jadi pendamping. Padahal lamun dilenyepan mah pendamping dan operator itu mirip kumpulan super hero. Jika Amerika punya Justice League dengan Super Man, Batman, Wonder Woman dan The Flash sebagai kokolot dan Avengers yang digawangi Captain America, Iron Man, Thor, Hulk dan Spider Man, maka Indonesia punya pendamping dan operator sebagai super heronya dan Kemensos sebagai S.H.I.E.L.D nya. Mereka semua sama-sama menolong masyarakat tidak mampu.

Perbedaannya cuma satu, ari super hero Amerika mah jasana diabadikeun kana film, sehingga diketahui banyak orang ari pendamping jeung operator mah euweuh filmna. Tapi itu lebih baik, karena mengutip cariosan salah satu rekan penulis "Gawe mah kudu siga tuyul, teu kapelong tapi nyata hasilna". Tah pendamping jeung operator ge kudu kitu. Kerja dengan sungguh-sungguh tanpa ingin dilihat atau dipuji orang. Karena pada dasarnya profesi pekerja sosial bukanlah profesi untuk mencari untung tapi pengabdian tanpa pamrih layaknya super hero sejati.

Dibalik segala kekurangannya, PKH adalah kebanggaan kita, salah sahiji tempat keur urang melak amal hade. Penulis berharap semoga semua pengorbanan baik materi maupun non materi para pendamping dan operator bagi para KSM akan menjadi amal shaleh yang dicatat oleh Allah SWT. Amiin.  


Game of Wakwaw (Menuju Kursi PKH Garut 1)




Nama-nama tokoh dan setting benar-benar ada tapi ilustrasi cerita hanya dramatisasi, imajinasi penulis belaka. Jadi tong dianggap serius itung-itung hiburan menyambut bursa pemilihan korkab. 

Tahun 2015 bisa jadi tahun yang paling beda dalam sejarah progress PKH di Garut. Tahun ini adalah tahun greget. Baru dua bulan , atmosfer gurung gusuh sudah sangat terasa. Pekerjaan yang menyerang secara bertubi-tubi di awal tahun membuat para operator dan pendamping selaku agen lapangan seperti dikeroyok. Babak belur adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi serdadu PKH Garut saat ini. Banyak misi yang harus dituntaskan para agen lapangan tapi terancam tersendat gara gara minimnya amunisi. Di tahun ini juga evaluasi kinerja para operator dan pendamping menjadi extra ketat.

Selain masalah pekerjaan, yang membuat tahun 2015 terasa beda adalah adanya lowongan untuk jabatan baru, Koordinator Kabupaten (Korkab). Jabatan naon deui wae eta teh? ya…kalau dalam struktur organisasi kepolisian mah kira-kira mirip Kapolres lah. Tugas utama Korkab menjaga stabilitas dan kondusifitas program di Kabupaten dengan cara mengkoordinir dan mengakomodir setiap hal yang berhubungan dengan PKH di Garut.

Yang menjadi perbincangan hangat dikalangan pendamping dan operator adalah siapa yang akan menduduki kursi panas itu? 

Banyak figur yang dinilai cukup mumpuni untuk mengisi jabatan Korkab PKH Garut.  Saha wae cenah figurna?  Dari sekian banyak kandidat hanya yang dinilai kuat yang bisa mencalonkan diri menjadi korkab. Kuat finansial, kuat jaringan, kuat mental.

Mubaraq Ahmad alias mumu adalah figur pertama yang dinilai cocok menduduki jabatan korkab. Sosoknya sudah sangat dikenal bukan saja dilingkungan internal PKH, tapi dilingkungan eksternal beliau sudah sangat dikenal. Beliau juga dikenal sebagai ahli lobi. Sehingga jika terpilih nanti, masalah network dan koordinasi lintas sektoral tidak akan menemui kesulitan. Jurus andalannya dalam berpolitik yang sudah terbukti efektif adalah politik adu ayam, Jurus Nyekek Botol dan Jurus Tarik Pusaka.

Aab Abdullah figur kedua yang patut diperhitungkan. Mantan kapolsek kecamatan syalala yang akrab disapa kuwu ini dikenal ahli strategi. Pergerakannya dalam membangun jaringan dan konsolidasi sudah tidak diragukan lagi. Beliau juga memiliki basis massa yang cukup besar. Jika beliau maju dalam bursa pencalonan Korkab maka sudah dipastikan massa yang tergabung dalam Aliansi Pemandu Lagu siap menjadi loyalisnya.

Figur berikutnya adalah Khairul Anwar atau yang sering dipanggil Kang Arul ini sebenarnya punya banyak nama alias. Manusia batu dan Karuhun Kandangwesi adalah sapaan lain miliknya. Berdasarkan isu yang beredar, kabarnya Kang Arul sudah dipinang oleh enterpreneur sukses untuk diusung menjadi calon korkab. Isu ini dapat dimaklumi karena disinyalir pencalonan dirinya terkait dengan komitmen pengamanan aset. Sebagaimana diketahui, Kang Arul ini adalah penguasa batu pantai selatan.  Sang enterpreneur jeli, jika Kang Arul dirangkul, maka cadangan batu akik yang masih melimpah di kawasan selatan tidak akan lari ke tangan orang lain.

Mamat atau Sang Ikhwan adalah figur lain yang diprediksi akan menjadi underdog. Sepak terjangnya dalam dunia wakwaw masih belum banyak diketahui orang. Namun, Sang Ikhwan punya sejuta pesona yang dapat menyejukkan hati siapa saja yang berada di dekatnya. Ya.. pesona, Sebuah kata yang memiliki efek dahsyat. Sejarah mencatat presiden kita yang baru mampu menjadi presiden karena faktor pesona. Rupanya Sang Ikhwan belajar dari sang presiden, turut menjadikan pesona sebagai senjata andalan untuk meraih dukungan dalam bursa pemilihan Korkab tahun ini.

Aceng Juhara alias Aju alias Alexa Pratama. Underdog lain yang tidak kalah kuatnya dengan Kandidat-kandidat di atas. Berbekal kemampuannya dalam orasi dan bersilat lidah beliau juga diprediksi mampu menggebrak lawannya. 

Sementara itu dari Partai Operator Bersatu belum memutuskan akan berpihak kemana, namun menurut kabar yang beredar partai berlambang keyboard dan monitor dengan setumpuk kertas ini punya kandidat sendiri. Namanya masih dirahasiakan tapi berdasarkan bocoran dari wikileaks calon yang akan diusung oleh Partai Operator Bersatu adalah salah satu  alumni American Ninja Warriors.

Dengan kandidat-kandidat yang mumpuni tersebut sudah dipastikan akan banyak tim wakwaw yang akan merapat.  Beragam komitmen dan lobi politik akan semakin memanas. Setiap tim menyediakan manuver yang akan menghadang setiap lawannya. Namun, dukungan lengkap dengan paket manuver mematikan tentunya tidak gratis. Menurut B.J seorang expert wakwaw penyedia jasa dukung mendukung “jika tidak ingin hancur maka jangan pernah mengabaikan kami”.

Disituasi ini penulis menempatkan diri dalam posisi netral. Siapapun yang maju menjadi korkab harus sosok yang benar-benar kompeten. Mampu mengesampingkan ego pribadi dan bukan hanya mengkoordinir tapi juga mampu mengakomodir segala hal tentang PKH di Garut terutama yang menyangkut operator dan semua pendampingnya.

Attitude...attitude...attitude!

Terinspirasi dari rapat bulanan UPPKH Kab. Garut pada 06 Februari 2015. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui, menyindir atau mengolok-olok siapapun, sumpah! Hanya maturan penulis nu hese sare yang berharap tulisan ngacapruk ini bermanfaat.

Attitude kini mendadak menjadi trending topic di lingkungan UPPKH Garut. Pamornya melesat bak roket hanya dalam hitungan dua bulan. Sempat tampil sekilas di bulan Desember 2014, meredup sejenak di bulan Januari 2015, namun tiba-tiba kembali tenar di bulan Februari 2015. Nah lo! saha ari attitude teh? artis? atawa tersangka KPK?

Adalah Zamzam Timur Alfian, Korwil PKH Jabar 2 yang turut andil dalam  mempopulerkan si attitude ini. Sudah dua rapat terakhir di PKH Garut yang dihadirinya, beliau selalu memulai rapat dengan kata kata "Attitude...attitude...attitude!"  Penulis sempat mengira mungkin itu adalah sebuah mantra sihir untuk mengeluarkan jurus public speaking. 

Didasari rasa penasaran tentang si attitude, penulis mencoba mendatangi mbah google untuk meminta wangsit darinya. Menurut mbah google si dukun digital yang fasih bertutur dalam ratusan bahasa asing di planet ini, attitude berarti sikap dan perasaan seseorang  terhadap suatu hal, sedangkan menurut situs kamus bahasa Inggris online Merriam-Webster, attitude teh nyaeta sikap dan kesan seseorang terhadap suatu hal. Tingkah laku, sikap atau perasaan yang menimbulkan kesan buruk, kasar, tidak sopan, jeung sajabana. 

Jadi lamun disimpulkeun mah, attitude teh bisa diartikeun perasaan resep atau ngewa ka batur atau terhadap suatu hal anu diekspresikan dengan sebuah sikap. Aahhh.... alangkah kecewanya penulis ketika mengetahui bahwa attitude itu ternyata sebuah kata dan bukan sosok bohay yang penulis kira.

Terus naon atuh hubunganna antara attitude jeung PKH di Garut? Ternyata Bapak Korwil Jabar 2 mengatakan attitude...attitude...attitude teh lain ngan saukur pengen terdengar gaya atau pengen terlihat seperti Harry Potter keur ngeja mantra tapi keur ngingetan jeung nyarek anak-anak buahna ku cara nu halus. Teguran yang cukup beralasan, mengingat banyaknya operator dan pendamping termasuk penulis sendiri yang bersikap terkesan seenaknya sendiri ketika menghadiri rapat resmi yang juga dihadiri oleh Dinsosnakertrans Kab. Garut selaku nu boga hajat. 

Conto sederhana sikap sangeunahna sorangan pas waktu rapat harita nyaeta, tidak memakai seragam dan attribut PKH, aya oge nu teu make sapatu. Ada rapat di dalam rapat. Datang kabeurangan. Terkesan seperti hal biasa dan sepele, tapi masalah attitude ini punya efek negatif yang luas jika tidak diperbaiki sesegera mungkin. Bagaimana mau kerja maksimal lamun urangna teu bisa ngahargaan batur jeung teu bisa ngabedakeun momen. Jika kita mau berattitude baik kepada setiap orang dan di setiap momen dengan didasari oleh kesadaran dan ketulusan bukan karena atas dasar keterpaksaan, maka penulis yakin tujuan utama PKH untuk memutus rantai kemiskinan akan mudah dicapai.

   
   

Apa bedanya ustadz, ajengan dan kyai?

Sekadar ingin berbagi kisah dengan cara bertutur penulis yang mungkin terkesan ngawur dan asal-asalan, tentang diskusi sore tadi. Semoga kisah penulis ini bisa menjadi obat galau bagi yang membacanya.

Apa bedanya ustadz, ajengan dan kyai? adalah materi kuliah sareupna sore tadi yang rutin digelar di kampus PKH Garut Gedung Transitodio. Kuliah yang sifatnya teu umum itu dihadiri oleh seorang narasumber yang dilihat dari namanya saja sudah membuat hati orang bergetar. Beliau adalah Aceng Juhara atau biasa dipanggil Alexa Pratama, yang jika diartikan berarti A itu adalah nilai yang bagus, utama, sedangkan Ceng adalah panggilan bagi santri atau pemuka agama yang dihormati dan Juhara entahlah apa artinya kata ini, tapi saya coba artikan saja juara. maka Aceng Juhara berarti Santri Hade nu Juara. Maka sangat tepat jika beliau dipilih secara kebetulan dan terpaksa sebagai Dosen tamu pada kuliah sareupna tadi.

Suasan kuliaha sareupna di Gedung Transitodio . Nampak Bapak Aceng Juhara sedang presentasi materi.

 Jadi naon atuh bedana ustadz, ajengan jeung kyai menurut seorang Alexa Pratama eh salah, maksud penulis Aceng Juhara teh? 

Numutkeun kana panalungtikan yang katanya pernah dilakukan oleh beliau di 42 Kecamatan di Kabupaten Garut, ternyata perbedaan istilah antara ustadz, ajengan dan kyai itu timbul karena faktor sosiokultural dan faktor ormas islam yang ada di Kabupaten Garut. Agar mudah dipahami, beliau juga menganalogikan ketiga istilah itu layaknya profesi atau pekerjaan.

Ustadz itu ibarat seorang guru bergelar akademik S1 yang mengajar murid setara siswa SD hingga SMA. Ajengan ibarat dosen bergelar S2 yang mengajar mahasiswa calon diploma atau sarjana, sedangkan kyai setara dengan profesor yang mengajar mahasiswa pasca sarjana atau mahasiswa calon doktor. Tugas mereka hakikatnya sama, yaitu ngawuruk jelema supaya pinter tur bener.

Saking semangatnya Bapak Alexa Pratama eh, Bapak Aceng Juhara menyajikan dan menjelaskan materi layaknya orator ulung zaman revolusi. Para peserta kuliah sareupna yang diantaranya dihadiri oleh para petinggi dan elite majelis wakwaw seperti, BJ alias Bang Jun, Mang Udin alias Deni Kentung, Aceng Ahmad alias Chenkhot selaku karburator eh, moderator, penulis sendiri dan juri masterchef planet mars Bapak Hendarsyah atau yang akrab disapa Si Waka, Tsamina mina eh..eh waka.. waka eh.. eh..(eh naha bet jadi ngalagu Shakira) merasa terpukau dan lupa waktu.

Jadi intisari yang dapat diambil dari kuliah sareupna tadi adalah ustadz, ajengan dan kyai itu serupa tapi tak sama. Sama sama syiar agama tapi beda tempat ngantorna, ustadz mah di sakola ari ajengan jeung kyai mah di Kampus.

Ke..ke..ke.. ustadz, ajengan dan kyai itu adalah sebutan untuk pendakwah laki-laki, lalu yang penulis ketahui kenapa untuk pendakwah perempuan sebutannya hanya ada  ustadzah saja? kenapa gak ada ajenganah dan kyaiah? Istilah lain yang ada justru panggilan mamah, seperti mamah dedeh bukan ajenganah dedeh.
Blog sedang dalam proses edit template. Beberapa halaman masih dalam tahap editing dan belum memiliki konten.